Apa sih pacaran? Aktualisasi cinta? Komitmen? Main-main? Gaya-gayaan?
Awalnya, tidak ada yang salah dengan pacaran sampai fenomena sinetron dengan pengaruh media yg mudah diakses oleh kalangan merebak.
Mulanya pacaran hanya istilah lain, sepadan dengan ta'aruf. Sampai fenomena globalisasi memperlihatkan budaya luar khusunya budaya barat yg mencapai 360° bedanya.
Pacaran itu cukup penting, dimasa itu kita diizinkan kenal lebih dalam dengan si dia yg mmm mungkin akan jadi pendamping hidup, sampai batas pacaran bobol oleh banyak faktor yang pada akhirnya menjadi bencana bagi si yang pacaran.
Karena kemudaratan yg acap kali hadir dalam hubungan pacaran, akhirnya banyak bermunculanlah komunitas2 yg menyuarakan anti pacaran yang tidak jarang ahh bahkan selalu membawa agama dalam kampanye2nya.
Apalagi sekarang isu kekerasan dalam pacaran yang kebanyakan korbannya adalah wanita, memperkuat Statement bahwa pacaran itu tidak boleh. Kalau ta'aruf boleh.
Di Jawa Barat, ada 1.800 laporan tentang KDP. Ini yg dilaporkan ya. Dan diperkirakan bahwa jumlah ini masih sangat sedikit, jauh dari realitasnya. Kekerasan ini terdiri dari berbagai macam jenis,diantaranya:
- kekerasan verbal
- kekerasan fisik
- kekerasan ekonomi
Dan terakhir yg bisa dibilang paling bahaya diantara kekerasan2 lain yg tentu juga berbahaya adalah manipulasi perasaan.
Manipulasi perasaan merupakan bagian dari cycle abuse ketika seseorang menjalani hubungan pacaran yang tidak sehat. Jadi kumahanyaaa, sakit hati aing teh diginiin si dia, tapi da bogoh. Gitu mungkin kalo diungkapka.
- kekerasan verbal
- kekerasan fisik
- kekerasan ekonomi
Dan terakhir yg bisa dibilang paling bahaya diantara kekerasan2 lain yg tentu juga berbahaya adalah manipulasi perasaan.
Manipulasi perasaan merupakan bagian dari cycle abuse ketika seseorang menjalani hubungan pacaran yang tidak sehat. Jadi kumahanyaaa, sakit hati aing teh diginiin si dia, tapi da bogoh. Gitu mungkin kalo diungkapka.
Pacaran sekarang sedang dalam perjalanan menuju pemaknaan yg berkesan negatif dalam ihwal kehidupan ini, seolah menjadi antonim dari kata ta'aruf yang lebih nyaman didengar telinga masyarakat kita saat ini dibandingkan pacaran.
Dan akhirnya opini masyarakat terbawa kearah dimana mendiskreditkan orang2 yang mempunyai pacar dianggap syi'ar. Dengan balutan husnudzon: "Ah dia belum mendapat hidayah"
Tapi sekeras apapun penolakan seseorang terhadap pacaran, bicara hati dan perasaan itu sulit dikendalikan. Rasa suka kepada seseorang, rasa ketertarikan kepada lawan jenis oohh itu suatu kenikmatan tuan dan nonaaaa...
Rasa itu... Seerrr dalam dada...
Maka kita sama2 sebut itu dengan nama menyukai. Oh tentu dengan bumbu harapan ingin disukai balik. Dan berujung pada status kode2 yang berbunyi "Menyukainya dalam diam..."
Yang otomatis membuat netizen yang maha kepo berspekulasi seenak mereka.
Maka kita sama2 sebut itu dengan nama menyukai. Oh tentu dengan bumbu harapan ingin disukai balik. Dan berujung pada status kode2 yang berbunyi "Menyukainya dalam diam..."
Yang otomatis membuat netizen yang maha kepo berspekulasi seenak mereka.
Benang merahnya,
Ketika seseorang mendiskreditkan pacaran, dia tidak bisa memungkiri bahwa dia mempunyai perasaan.
Ketika seseorang mendiskreditkan pacaran, dia tidak bisa memungkiri bahwa dia mempunyai perasaan.
Pacaran atau tidak pacaran, keduanya merupakan keputusan dari seseorang. Intinya peduli harus, tapi jika harus mempengaruhi keputusan seseorang mmmm pertimbangkan dulu deh, kalo memang diminta saran do it. Jika tidak, shuuttt!
Komentar
Posting Komentar