Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Catatan keserakahan akan cinta, kasih beserta sayang

(judul singkatnya: aeng bucin) Ayo kita sambat kejadian2 tahun 2018 😅 Teriring sesak serta pilu direlung hati yg tak ada berkesudahan. Sepanjang tahun ini saya sepertinya memperoleh bekal kenangan yg cukup sulit diwakili dengan kata "mantap!" Cukup banyak hal-hal memalukan yg saya lalui dibanding pencapaian-pencapaian yg sanggup saya dekap. Oh bukan berarti saya jenis manusia pesimistis. Namun rasanya jika saya harus mendaftar pencapaian tahun ini toh hanya membikin bangga2 kayak mangga muda. Asem. Saya merasa lebih berkewajiban mendaftar borok, budug, kurap, kudis, naon deui? Yah segala macem yg bernilai jelek lah ya. Walaupun ini indikatornya saya ada2kan tanpa musyawarah-mufakat dengan anggota manusia lainnya. Ribet ya aeng ngomongnya? Wkwk intina mah hiji da. Intropeksi diri! kitutaahh. Mari saya list poin2 besarnya (wah ini jelas tentang borok2 nya saya loh yaaa~ ) 1. Terlalu santai menghadapi persoalan 2. Melegalkan bahasa kasar 3. Anti dibilang sala

MENJADI AKU DI TAHUN 2018

Lingkungan sosial yg saya miliki selalu memutar jam tangan saya kedalam dua fase besar. Fase pertama academic business dan yang kedua organizations business. Sekarang adalah fase terbaik saya dalam organisasi. Setelah dua tahun terakhir hanya menjadi kepingan puzzle dan hanya memutar roda2 kecil dalam actuating for a goal, saat ini saya yg memastikan the goal is come true. Sore pada 11 Januari lalu, tiga ketukan palu mengawali perjalanan yang tak pernah sekalipun terbayangkan dalam 20 tahun hidup saya. Senyuman kerabat satu angkatan yg mengisyaratkan dukungan itu mendorong saya to be a strong human. (karena saat itu urang nangis gogoakan karena gak mau dapet amanah apapun) Tugas saya dimulai dengan Membangun internal, memolesnya dengan cat manis lalu mencari pengisi yg harmonis dan optimis dalam skala besar yg akan membantu saya baik urusan internal maupun kepentingan eksternal. Kemudian mengarahkan top eksekutif untuk membangun basis eksekutor yg unggul dalam kualitas dan ku

AKU DAN KRITIKANKU YANG MENGOYAK TUBUH SENDIRI

Bosen gak aku nulis panjang terus? Mau tahu gak kenapa aku begini? Mungkin hanya Tuhanku, jasadku dan nyawaku yang tahu sampai sebelum tulisan ini aku publis bahwasannya berbicara sendiri adalah kebiasaan anehku. Terlebih ketika hanya kamar yang memenuhi bola mataku. Tapi aku yakin, bukan hanya aku saja yang seperti itu. Kamu juga pasti sering berbicara dengan dirimu sendirikan? Didalam hati tentunya. Coba sadarkan diri kalian, s elama kalian membaca tulisan ini pun kalian pasti berbicara sendiri. Misal “Ih naha si Ew jiga nu gelo?” (hehe) “Talk Self” mungkin biasa yah, tapi apa jadinya jika itu dilakukan sambil bersuara atau bahkan teriak-teriak? Jujur saja, aku menikmatinya apalagi jikalau ditambah nyermin (read: bercermin), sambil memainkan mimik muka atau bermain mata. Ngomongin apa? Segala macem, mulai dari menyemangati diri sendiri atas suatu kegagalan, membayangkan apa jadinya ya kalo aku ada disituasi A, aku harus ngomong apa. Atau terkadang tentang pertanyaan

AWAS BANYAK GURU BOHONGAN

"Ibu guruuuu! Bapak guruuuuu!" Awas teman2 jangan sembarangan panggil orang dengan panggilan GURU. Meskipun dia ngajar, mau itu di sekolah atau dimanapun lah. Kalo mau panggil pengajar dengan sebutan guru, tanya dulu "Bapak/Ibu sudah bersertifikat pendidik apa belum?" Kalo sudah, ya baru dia guru beneran.. Kalo belum, sayang sekali dia guru2an.. APA HAK MU BILANG BEGITU EW? MEREKA SUDA BERJASA MENGAJAR KAMI SEJAK KAMI BELUM TAU KALO YG BENTUKNYA SEPERTI IBU HAMIL ITU HURUF "B", YANG BENTUKNYA SEPERTI KURSI TERBALIK ITU ANGKA "4". DIMANA HATIMU EWWW? santai~santai~ Jadi geng, kita inikan Endonesyah yg berlandas pancasila dan UUD. Daaan menurut UU tepatnya nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, disebutkan bahwa setiap calon guru wajib mengikuti Pendidikan Profesi Guru. Nah inikan UU turun taon 2005. Pemerintah dikasi kesempatan, buat menyekolahkan guru2 yg terlanjur mengajar tapi belum mengikuti pendidikan profesi sampe akhir t

Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) dan Kontrovesi Pacaran itu Sendiri

Apa sih pacaran? Aktualisasi cinta? Komitmen? Main-main? Gaya-gayaan? Awalnya, tidak ada yang salah dengan pacaran sampai fenomena sinetron dengan pengaruh media yg mudah diakses oleh kalangan merebak. Mulanya pacaran hanya istilah lain, sepadan dengan ta'aruf. Sampai fenomena globalisasi memperlihatkan budaya luar khusunya budaya barat yg mencapai 360° bedanya. Pacaran itu cukup penting, dimasa itu kita diizinkan kenal lebih dalam dengan si dia yg mmm mungkin akan jadi pendamping hidup, sampai batas pacaran bobol oleh banyak faktor yang pada akhirnya menjadi bencana bagi si yang pacaran. Karena kemudaratan yg acap kali hadir dalam hubungan pacaran, akhirnya banyak bermunculanlah komunitas2 yg menyuarakan anti pacaran yang tidak jarang ahh bahkan selalu membawa agama dalam kampanye2nya. Apalagi sekarang isu kekerasan dalam pacaran yang kebanyakan korbannya adalah wanita, memperkuat Statement bahwa pacaran itu tidak boleh. Kalau ta'aruf boleh. Di Jawa Bara